Doa Jalan Salib


HANYA MELIHAT GAMBARNYA SAJA,..

AKU SUDAH SEHAT

(Pengalaman konkrit dari Injil hari ini).

“Khun yai, thaa den mai wai, roo thii wat dii kwaa” (nek, kalau tidak sanggup lagi berjalan, tunggu di dalam gereja saja lebih baik). Itulah sepenggal kalimat yang kutawarkan kepada si nenek ini ketika kulihat dia sudah kelelahan mengikuti prosesi jalan salib jam 3 sore pada Jumat Agung yang lewat.

Memang waktu itu panas terik jam 3 sore. Acara Jumat Agung diawali prosesi jalan salib mengitari kampung diikuti oleh umat yang hadir. Umat yang hadir kebanyakan orangtua termasuk nenek-nenek. Semua berusaha untuk setia mengikuti prosesi 14 perhentian itu. Nenek ini pun ikut, tetapi setiap kali tiba di depan gambar perhentian, dia selalu duduk. Itu menunjukkan bahwa secara fisik ia tidak sanggup lagi, tetapi secara spirit, ia tidak mau kalah dari yang lain.

Ketika yang lain bercucuran keringat diterpa teriknya matahari hingga mereka melebarkan payungnya, nenek ini justru tidak memakai payungnya. Saya amat kasihan melihatnya tertatih-tatih berjalan dari perhentian yang satu ke perhentian yang lain. Saya pikir, daripada menimbulkan masalah kalau ia tiba-tiba jatuh, lebih bagus saya katakan supaya ia pergi ke gereja saja. Dengan demikian ia tidak merasa berdosa kalaupun tidak ikut prosesi itu. Dengan suara lembut supaya tidak mengganggu acara saya bisikkan: “Khun yai, thaa den mai wai lew, roo thii wat dii kwaa” (nek, kalau tidak sanggup lagi berjalan, tunggu di gereja saja lebih baik).

Tetapi apa jawaban yang kuterima?

“Mai pen rai khun phoo, khun yai yang samaat yuu” (nggak apa-apa pastor, nenek masih kuat kog). “Tiap tahun nenek ikut jalan salib begini, dan nenek merasa makin sehat. Melihat gambar setiap perhentian itu pun, bagiku sudah seperti obat”. Saya terdiam mendengar jawaban yang tak terduga itu. Jujur saja, pada jam 3 sore begitu, saya sebenarnya sudah hampir pingsan karena panasnya matahari, apalagi tubuhku dibalut jubah coklat hitam yang menambah panasnya suhu tubuh. Hampir tidak bisa kunikmati acara jalan salib itu karena kondisi badan dan keringat yang sudah mengganggu. Tetapi khun yai (nenek) ini malah bersemangat dan bisa konsentrasi. Dia tidak mau hanya menyaksikan peristiwa itu dari rumahnya atau bahkan menunggu di gereja. Ia harus melihat dan mengalami peristiwa itu sendiri.

Pengalaman dan kekuatan imannya, mengingatkan kita akan peristiwa gadis yang mengalami sakit pendarahan selama 12 tahun yang diceritakan penginjil Matius bagi kita hari ini (Mat 9:18-26). Ia tidak mau hanya mendengar kisah menarik tentang Yesus. Walaupun tujuan utama Yesus bukan menyembuhkan dia, tetapi membangkitkan anak gadis kepala rumah ibadat, namun gadis yang sakit pendarahan ini pun mendapatkan berkah. Dalam kerumunan orang banyak itulah si gadis yang mengalami pendarahan ini ingin menyentuh jumbai jubah Yesus. Dan sentuhan yang didorong oleh iman memberikan efek positif baginya. Ia sembuh dari penyakitnya. Yesus melihat imannya yang sedang bertumbuh, karena itulah Ia berkata: ‘Teguhkanlah imanmu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkanmu”.

Pengalaman si wanita yang sakit pendarahan dan nenek yang semakin sehat karena bisa menikmati kisah sengsara Yesus, memberikan suatu hal bagi kita. Beriman berarti kita harus terlibat dan aktif mencari Yesus. Bukan berdiam diri dan menunggu pasif. Kita mesti ikut serta mengupayakan segala daya untuk bisa bertemu dan bersatu dengan Yesus. Lewat ekaristi, kita secara fisik dan rohani bersatu dengan-Nya. Lewat devosi-devosi, dan sarana-sarana doa lain kita menyatu dengan-Nya. Jika kita berusaha untuk mencari-Nya kita pasti menemukan-Nya. “Bahkan hanya melihat gambar-gambar perhentian itu pun bagiku seperti obat” kata nenek itu menjawabku. Dia dikuatkan karena usahanya yang tak pernah berhenti untuk merenungkan jalan salib Yesus. Semoga kita juga senantiasa bersemangat mencari Yesus entah dalam kondisi apa pun.
Iman pada-Nya akan menyembuhkan kita…

Deus Meus et Omnia

diambil dari milis

Leave a comment