Rabu 18 Juni 2014


Rabu 18 Juni 2014

Bacaan I : 2Raj. 2:1,6-14

Mazmur : Mzm. 31:20,21,24

Bacaan Injil : Mat. 6:1-6,16-18

 

Bacaan I : 2Raj. 2:1,6-14

1   Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal.

6  Berkatalah Elia kepadanya: “Baiklah tinggal di sini, sebab TUHAN menyuruh aku ke sungai Yordan.” Jawabnya: “Demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” Lalu berjalanlah keduanya.

7  Lima puluh orang dari rombongan nabi itu ikut berjalan, tetapi mereka berdiri memandang dari jauh, ketika keduanya berdiri di tepi sungai Yordan.

8    Lalu Elia mengambil jubahnya, digulungnya, dipukulkannya ke atas air itu, maka terbagilah air itu ke sebelah sini dan ke sebelah sana, sehingga menyeberanglah keduanya dengan berjalan di tanah yang kering.

9 Dan sesudah mereka sampai di seberang, berkatalah Elia kepada Elisa: “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.” Jawab Elisa: “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.”

10  Berkatalah Elia: “Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.”

11 Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.

12   Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia: “Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!” Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan.

13   Sesudah itu dipungutnya jubah Elia yang telah terjatuh, lalu ia berjalan hendak pulang dan berdiri di tepi sungai Yordan.

14 Ia mengambil jubah Elia yang telah terjatuh itu, dipukulkannya ke atas air itu sambil berseru: “Di manakah TUHAN, Allah Elia?” Ia memukul air itu, lalu terbagi ke sebelah sini dan ke sebelah sana, maka menyeberanglah Elisa.

 Mazmur : Mzm. 31:20,21,24

20 Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah.

21  Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan!

24  Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!

 Bacaan Injil : Mat. 6:1-6,16-18

1   “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.

2  Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

3  Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.

4  Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

5  “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

6  Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

16 “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,

18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Kisah dalambacaan pertama mengenai saat-saat terakhir nabi Elia sebelum naik ke surge dan digantikan nabi Elisa. Mereka berdua berjalan dare Gilgal dan sampailah di sungai Yordan. Dikatakan Elia membelah air sungai dengan gulungan jubahnya untuk kemudian ia seberangi, menjadikannya mirip Musa yang membelah laut teberau untuk diseberang Israel dalam rangka pelarian dari Mesir (Nabi Elia dan Nabi Musa tampak ketika Tuhan Yesus dimuliakan). Elisa mengikuti ke mana Elia pergi dan sesaat sebelum ia terangkat ke surge, ia member kesempatan Elisa meminta sesuatu. Elisa meminta dua bagian Roh nabi Elia, “dua bagian” ini merujuk pada hak kesulungan, ahli waris utama (Ul 21: 15-17) dimana anak sulung mendapat dua bagian, meskipun dari istri yang tidak dicintai. Elisa meminta agar menjadi ahli waris utama karunia kenabian Elia, permintaan yang mustahil, karena roh kenabian tidak diwariskan, apalagi Elisa juga bukan keturunannya. Elia mengatkan Allah sendiri yang akan memberi tanda apakah Ia memanggil Elisa atau tidak. Tanda itu ialah jika Elisa bisa melihatnya terangkat ke surge, terjadilah yang diminta Elisa itu. Sekonyong-konyong datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai. Elisa bisa melihat kejadian tersebut. Ia memungut jubah Elia yang terjatuh, persis yang dilakukan Elia, iapun memukulkan jubah Elia itu ke air dan ia seberangi sungai itu. Sejak itu Elisa menggantikan ELia sebagai nabi, ia menjadi nabi di usia sangat muda. Ia banyak melakukan mukjizat yang menonjol. Ia mati dan dikuburkan, tulang-tulangnya bahkan bisa menghidupkan orang (2Raj 13:21). Elisa meminta karunia kenabian Elia bukan untuk menyombongkan dirinya, tetapi ia buktikan dengan melakukan banyak mukjizt untuk menolong orang. Ketika hanya ia sendiri yang bisa melihat Elia diangkat ke surge, ia tidak menyombongkn dirinya. Itu juga yang diminta Tuhan Yesus dare kita dalam Injil, tidak menyombongkan diri saat melakukan aktifitas agama, saat berdoa, saat member sedekah dan berpuasa. Melakukan aktifitas keagamaan hanya untuk dipuji, dilakukan oleh mereka yang munafik, mereka melakukannya hanya supaya dipuji sebagai orang yang taat beragama. Mereka melakukan itu untuk menutupi kebobrokannya. Mengatasnamakan agama untuk menutupi boroknya. Tuhan tidak mementingkan apa yang ditampakkan di luar, Tuhan menilai apa yang tak nampak dare luar, yang tersembunyi. Hal-jal yang tidak Nampak itulah yang orisinil. Sebuah barang asli kemasannya bisa ditiru barang palsu, namun barang asli jelas lebih bermutu dibanding yang palsu, pasti dicari orang karena mutunya. Belakangan ini merebak berita telpon seluler aspal, menggunakan merek unggulan, tetapi sukucadangnya rekondisi, harga sangat miring, kemasan dan merek sama, tetapi garansi bukan dare penyedia barang langsung, bukan merek yang bersangkutan, si merek asli, tentunya tidak bertanggung jawab terhadap telepon seluler aspal itu dan kualitas mutu tentu diragukan. Tuhan Yesus ingin kita sungguh bermutu, bukan hanya pura-pura baik, karena Bapa di surga menilai dan membalas orisinalitas kita yang bermutu, bukan kepalsuan, karena yang palsu bukan produk unggulan.

Leave a comment